Pengalaman Kecopetan di Angkot. Kali ini saya akan menceritakan pengalaman kecopetan diangkot dengan harapan anda bisa mengambil pelajaran dan tips dari cerita kecopetan saya nantinya. Tujuannya, supaya anda lebih berhati hati ketika di angkot dan akhirnya anda bisa terhindar dari kecopetan.
Ceritanya gini, saya dari Bekasi waktu itu dan ingin pulang kerumah saya di Tangerang. Saya naik bis mayasari bakti jurusan Bekasi-Tangerang. Ketika saya turun di daerah Cikokol, untuk naik angkot ke rumah saya, saya melihat ada ibu (setengah nenek nenek si sepertinya) sedang kesusahan membawa barang (kardus) maka saya tolong dia. Kemudian saya tanya dia mau kemana dan dia ternyata satu jurusan sama saya mau ke cimone (karena rumah saya harus naik angkot dua kali).
Nah karena saya menolong si ibu itu membawa barang, jadi saya tidak sempat memililah milih angkot, apa saja yang ada di depan saya, saya naik. Ternyata di sana ada seseorang yang sudah ada di depan pintu, seolah seperti mau turun, posisinya sebenarnya agak menggangu tapi tak apa lah, saya masuk saja. Posisi saya masuk pun agak susah, karena ia agak menutupi, dan satu satunya bangku yang kosong berada di dalam dan tengah (dekat kaca belakang).
Saya duduk dimana orang di sebelah kiri saya membawa tas kosong besar (seukuran tas ransel) tapi di taruh di pahanya (pangku). Saya sempat curiga, ko tas kosong di taruh dengan posisi itu. Posisi duduk saya pun jadi sedikit tertutup tas nya dia, terutama di kantong sebelah kiri saya.
Setelah mobil tersebut jalan, eh entah kenapa orang yang duduk dekat pintu (yang tadi menghalagi saya) mendadak gemeteran. Saya ga tau dia kenapa, tapi ada orang yang duduk di belakang supir teriak 'eh keram tu, keram.. tolongin'. Saya sendiri kaget aja hawanya, dan saya ga tau kenapa dan harus tolong apa. Jadi saya hanya melihatnya saja.
Dan ternyata kaki saya menghalagi terlalu depan, jadinya dia mengunakan kaki saya untuk meredam kram nya dia. Kaki saya di pegang sikunya, dan dia teteap gametar, jadi kaki saya di goyang goyang. Lalu tak lama kemudian, kaki saya di luruskan ma dia, dia bilang maaf ya mas. Dia meluruskan kakinya yang terhalang kaki saya, dan saat itu saya tidak sadar apa apa. Saya hanya ingin menolong, dan tak lama kemudian dia turun karena merasa badannya ga enak.
Dan setelah dia turun, orang yang di belakang supir itu bilang 'wah ati ati tu, orang seperti itu biasanya copet' cek ada yang kehilangan atau tidak. Dan pas saya cek, hape saya sudah tidak ada di kantong kiri saya. Dan saya waktu itu sadar, bahwa di sebelah saya lah yang membawa tas itu sebenarnya copet, tapi terus terang saya juga ragu dan takut.
Dan tak lama kemudian, dia yang membawa ransel turun. Tadinya saya mau ikut turun untuk menantangnya atau meminta HP saya kembali, tapi tidak jadi saya lakukan. Sudah saya biarakan saja itu terjadi. Tapi saya pikir, itu tindakan yang tepat. Soalnya, bisa jadi pencopet itu lebih siap daripada saya, bisa saja di bunuh atau di hajar di sana saya pun tidak tau, jadi ya lebih baik hilang barang daripada hilang nyawa.
Dari situ pula, saya belajar bahwa pencopet itu sindikat, maksudnya mereka tidak beraksi sendiri, mereka ada tiga. Yang berpura pura kram (mengalihkan perhatian), yang ngomongin kram dan bilang kalau ada copet (sebenarnya dia pura pura baik padahal temanya copet dan yang mencopet sendiri (di sebelah saya, membawa tas besar).
Ehm, itulah pengalaman saya, saya belajar bahwa pencopet itu tidak sendiri dan selalu berusaha untuk mengalihkan perhatian kita dari barang yang kita bawa. Anda bisa belajar sendiri dari cerita saya di atas, tentang bagaimana mereka beraksi dan bagaimana kondisi waktu itu. Atau, kalian bisa membagi pengalaman kalian tentang Pengalaman Kecopetan di Angkot